Mentari senja ini begitu lembut
menyapaku. Awan putih mulai bergumul, bercengkrama dibalik hamparan langit
lepas. Cahaya pendar nampak menyembul berdesakkan keluar seakan berebut ingin
menyapa seluruh manusia dibumi. Mereka bahkan tak mengetahui peluh penat yang
kami rasakan setiap harinya. Mereka tak mengetahui jalan hidup yang terkadang
sukar untuk kami lalui. Mereka tak melihat raut wajah sedih ataupun senang
dibalik jasad ini.
Ya….karna manusia memang pandai menyimpan
rahasia. Karna manusia hanya melaksanakan hidup sesuai skenario yang telah
dituliskan oleh-Nya. Mungkin senja pun tak mau tau apa yang terjadi, yang
mereka tau bahwa mereka diciptakan dengan keindahan cahaya yang mereka miliki
untuk mencoba menyapa pada dunia. Karna itulah tugasnya. Apa mereka lelah??
kurasa tidak, karna ku yakin dunia ini begitu membutuhkannya. Itulah yang
membuat mereka senantiasa bangun,bangun dan bangun menyapa hari. Setiap waktu.
Lagi…lagi…dan lagi.
Kurasa
hari ini terlalu indah untuk kulewati begitu saja. Selalu ku mencoba
menafsirkan apa yang mereka bisikkan. Dari setiap cahaya yang menyembul dibalik
awan putih tersebut. Apa mereka bisa melihatku dari jarak sejauh itu? Apa
mereka sedang mencoba menyapaku? entahlah….tapi aku yakin mereka bernyawa sepertiku.
Karna mereka juga mempunyai Sang Pencipta alam semesta.
Apa
mereka tau, hari ini aku adalah seorang pengantin. Aku adalah seorang putri
yang telah terbangun dari mimpi panjangnya. Mimpi yang cukup melelahkan. Mimpi
yang tlah membuatku tersenyum sesaat. Mimpi yang telah membuatku bertemu dengan
pangeran seperti dalam negri dongeng.
********
Aku
berputar-putar diatas hamparan padang
rumput. Gaun putih ini dengan manis membalut tubuhku. Aku terlalu sibuk untuk
menari besama angin. Helaian kain ini terkoyak, jatuh liar seiring dengan
hentakan kakiku. Aku terus berlari riang, aku bahkan tak peduli dimana
ujungnya. Aku pun tak peduli jika padang
rumput ini terhampar begitu saja tanpa batas. Aku sama sekali tak merasa takut.
Kau tau kenapa? karna aku tak sendiri. Ada
seseorang disampingku yang akan menjadi malaikat kecilku, Menjadi lentera kecil
saat senja itu mulai lelah bersinar.
Inilah
impianku. Inilah arti hidupku. Menjadi pengantin?? Ya, bahkan mungkin impian
setiap wanita dibumi ini. Telah sejauh ini aku berlari. Tak kusangka akan
menemukan kebun mawar putih tumbuh begitu lebat. hahh……rasanya
aku benar-benar berperan sebagai seorang putri saat ini. Malaikat kecilku
mendekati kebun tersebut. Langkah kakinya dengan tenang berjalan menapaki kebun
tersebut. Seakan ia tak memperdulikan duri yang akan melukai telapak kakinya.
Aku memahami apa yang ia pikirkan, dia memang selalu menjagaku. Dia tak pernah
memperdulikan apapun yang membahayakannya, asalkan aku bahagia. Dia bahkan
menghela nafas, dan memberikan nafasnya untukku saat bumi mulai sesak dengan
peluh.
Dia
terus dan terus berjalan menyusuri kebun itu. Jemarinya lembut menyentuh
helaian tangkai mawar putih tersebut dan mulai memetiknya. Ia rangkai satu per
satu menjadi sebuah rangkaian mawar putih yang sangat cantik. Aku hanya bisa
menatapnya dari jauh. Mengikuti setiap gerakan jemari yang ia lakukan.
Berlari-lari kecil dia mendekat ke arahku. Dengan sesuatu dibalik tangannya.
Betul yang kupikirkan, ia memberikan rangkaian mawar cantik itu untukku.
Aku
terus menatapnya. Kulihat salah satu kelopak mawar putih itu ternoda merah.
Percikan noda itu terasa masih segar. Kurasa itu darah. Ternyata benar,
jemarinya terluka. Darah segar mengalir diujung jemarinya. Merembes meresap ke
setiap pori-pori. Namun kulihat dia tetap tersenyum tenang. Tak ada sedikitpun
bayang-bayang peluh diwajahnya. Oh Tuhan, mengapa kau ciptakan makhluk seindah
ini…rasanya aku tak pantas mendapatkannya. Namun aku mulai
mengerti, hanya karna kau sayang padaku, hanya karna kau peduli padaku, hanya
karna kau ingin menjadikan dia senja untukku.
Aku
kembali tersenyum. Dia pun tersenyum tenang, tapi entah apa. Kurasakan dia
menyimpan seribu kata dibalik senyumnya itu. Kami saling menggenggam dan
berlari bersama. Awan pun pasti memahami apa yang kurasakan. Namun….perlahan
genggaman kami terlepas. Seakan ada celah yang tiba-tiba menyusup masuk dan
membuat jarak kita menjauh. Aku sekuat tenaga mengejarnya. Namun, rasanya
semakin ku kejar ia semakin menjauh. Air mataku menggenang dipelupuk mata,
seakan memaksa berdesakkan mencoba keluar. Pandanganku
buram. Air mata ini mulai meleleh perlahan. Ku rasakan gelap yang sangat
mencekam. Aku terjatuh.
******
Terhenyak,
aku membuka mata. Keringat dingin membasahi tubuhku. Jantungku berdegup kencang.
Sekuat tenaga ku mengatur nafas, dan mencoba menerka apa yang baru saja ku
alami. Ohh tuhan, malaikatku memang telah benar-benar pergi. Kecelakaan malam
itu telah merenggut nyawanya. Jasad itu kini tak bernyawa. Apakah mimpi itu
memang sebuah firasat untukku??
Entahlah…bahkan
aku blum sempat menerka seribu kata dibalik senyumnya. Apakah yang sebenarnya
akan ia katakan? apakah itu salam perpisahan…saperti kata
yang tak sempat diucapkan api kepada abu. Yah…itulah,
manusia memang pandai menyimpan rahasia. Kita hanya menjalani hidup sesuai
skenario-Nya. Dia pergi meninggalkan semuanya. Dia telah berkhianat? dengan
meninggalkanku, meninggalkan bunga mawar yang masih ternoda oleh percikan
darahnya, meninggalkan mimpinya, meninggalkan pengantinnya, dan meninggalkan
dunianya. Menjalankan sebuah skenario perpisahan yg cukup pedih.
Tapi,
perpisahan ini bukan akhir dari segalanya. Perpisahan ini hanyalah perpindahan
kehidupan sementara. Namun, aku tak hendak membencinya. Aku yakin dia tidak
berkhianat. Dia hanya mewujudkan impiannya menjelma menjadi senja yang abadi.
Aku yakin disana ia sedang berkumpul bersama cahaya senja. Dia tidak
meninggalkanku. Pedih. Aku pun tersenyum. Senyum getir.
Tidak ada komentar :
Posting Komentar